![]() |
Cerita ini telah dimuat di Majalah Komunikasi Keuskupan Bandung No.455, Rubrik Komcil, September 2018 |
Seperti biasa,
Kalos membawa kawanan dombanya ke Pastura. Di sana, Caprin asyik mendengarkan
cerita kawanan domba Ethan.
“Pintu kandang
mereka selalu terbuka! Mereka bebas bermain kapanpun mereka ingin!” cerita
Caprin penuh semangat. “Tidak seperti Kalos yang hanya mengijinkan kita keluar
di pagi hari.”
Ovis dan Bovi
saling memandang. “Kau tentu masih ingat ketika kau mencoba bermain di sore
hari kan, Caprin?”
Pipi Caprin
bersemu teringat serigala merah yang mengejarnya. “Tak hanya itu!” katanya
mengalihkan pembicaraan. “Mereka bisa makan setiap waktu. Dan coba bayangkan
ini, tak hanya rumput dan jagung, terkadang sisa kue-kue manis!”
Ovis mengernyit.
“Aku benci makanan sisa.”
“Aku menyukai
rumput dan jagung,” kata Bovi.
“Ah kalian
memang payah! Kandang ini membosankan! Aku ingin pindah!”
Caprin
mengutarakan keinginannya siang itu kepada Kalos. Meski terlihat sedih, Kalos mengangguk
mengijinkan.
“Kau bisa
kembali kapanpun kau mau,” pesan Kalos.
Sore itu juga,
Caprin meninggalkan kandang.
Caprin senang
sekali ketika tiba di kandang Ethan. Matanya langsung tertuju pada tumpukan
makanan yang berlimpah. Caprin mengunyah dan terus mengunyah. Ia baru berhenti
ketika ia tak mampu menelan lagi.
Setelah itu, ia
bermain di luar bersama domba-domba lain. Ketika malam tiba, Caprin memasuki
kandang barunya dengan amat lelah. Tak hanya kakinya yang sakit, tetapi juga
perutnya.
Seolah belum
cukup menderita, matanya menatap awas ke arah pintu yang terbuka. Caprin
sungguh takut serigala akan memangsa saat mereka semua tertidur.
“Kalos pasti akan menemani kalau tahu aku
sakit,” rintihnya.
“Jangan
cengeng!” hardik salah satu domba. “Ethan memiliki banyak hal lain untuk
dikerjakan!”
Malam itu,
Caprin sangat merindukan Kalos.
***
Pagi-pagi benar
Caprin berlari pulang. Ia menanduk lembut Kalos yang sedang menyiram tanaman.
“Kau kembali!”
seru Kalos terkejut. “Hei, kau tidak terlihat sehat. Perutmu kembung, Caprin.
Apa kau kesakitan sepanjang malam?”
Caprin mengembik
lirih.
Kalos membuat
minum dari gula merah dan asam jawa, minuman yang selalu ia buat setiap kali
salah satu dari mereka sakit perut.
“Tidurlah,” kata Kalos sambil mengurut lembut
perutnya.
Sebelum
beranjak, Kalos menutup pintu kandang rapat-rapat. Sekali lagi ia memastikan
ketiga dombanya aman. “Semoga kau cepat sembuh, Caprin,” bisiknya.
Tak butuh waktu lama, Caprin pun jatuh tertidur. Kalos
memang yang terbaik! Caprin tak akan berpikir untuk pindah lagi.
No comments:
Post a Comment