Sunday 11 October 2015

Dentang Pak Jamjam

dimuat di Majalah Halo Nanda Online, 2 September 2015. Ilustrasi oleh Lily Zhai.



Pak Jamjam adalah sebuah jam besar yang berdiri di Balai Kota Rajinta. Ia memiliki tugas penting, yaitu mengatur kegiatan di kota Rajinta. Setiap pagi, Pak Jamjam berdentang tepat pukul 5 pagi. Ia membangunkan penduduk kota Rajinta. Maka, tak ada yang terlambat memulai aktivitasnya. Bekerja, bersekolah, memasak, ataupun membuka toko.
Sepanjang hari, Pak Jamjam berdentang. Ia menemani waktu makan siang penduduk Rajinta. Ia berdentang mengingatkan waktu selesai bekerja di sore hari. Dan, saat malam tiba, Pak Jamjam berdentang memastikan seluruh penduduk pergi tidur dan mendapat cukup istirahat.
Suatu hari, mesin di dalam tubuh Pak Jamjam rusak. Pak Jamjam hanya berdentang di pukul 4 pagi! Ia berdentang berulang-ulang. Memekakkan telinga seluruh penduduk Rajinta.
“Oh, bahkan hari terlalu pagi untuk melakukan apapun!!” gerutu penduduk Rajinta mengantuk.
Pak Walikota pun memanggil Pak Mekanik. Namun, Pak Jamjam tidak berhasil diperbaiki.
“Jam ini sudah terlalu tua. Mur dan bautnya sudah berkarat. Bahkan diminyaki pun percuma saja. Aku tidak bisa membuka kotak mesinnya,” kata Pak Mekanik sambil mengusap peluh di kening.
Maka, Pak Jamjam dipindahkan dari Balai Kota. Ia disimpan dalam gudang di sudut kota. Betapa sedihnya hati Pak Jamjam! Ia merasa tidak berguna. Tubuhnya mulai dipenuhi debu. Cat cokelat di tubuhnya mulai terkelupas oleh panas matahari.
Suatu pagi, Pak Jamjam mendengar pintu gudang berderit terbuka. Pak Walikota memasuki gudang bersama Pak Penasihat.
“Bapak yakin, akan memberikan jam ini?” tanya Pak Penasihat.
Pak Walikota terlihat bingung. “Aku harus bagaimana lagi? Penduduk kota memprotes keras. Jam ini membangunkan mereka pagi sekali!”
“Tapi, Pak Walikota, jam ini sudah berjasa sekali untuk Rajinta.”
“Itu dia,” Pak Walikota mendesah, “Mereka mulai menganggap jam ini tak berguna lagi. Kau lihat sendiri, Penasihat, kota Rajinta tumbuh dengan baik. Semua bangunan berdiri kokoh. Tidak ada jalan yang rusak atau berlubang. Semua taman kota bersih terawat. Bahkan, kau tidak akan menemukan sarang laba-laba di sini. “
Hening seketika. Lalu, Pak Jamjam merasakan Pak Walikota menyentuhnya lembut.
“Jam ini telah menemaniku membangun Rajinta selama bertahun-tahun. Ia adalah warisan turun-temurun dari pendiri kota pertama. Rasanya berat untuk melepasnya …”
Tak lama kemudian, datang 4 orang lelaki bertubuh besar. Pak Jamjam dinaikkan ke atas truk. Tubuhnya dililit tali-temali. Dengan sedih, Pak Jamjam menatap kota Rajinta yang semakin jauh dari pandangan. Ia merasa tua dan tak berguna.
Setelah cukup lama terguncang-guncang, akhirnya truk berhenti juga. Pak Jamjam menatap sekelilingnya. Ohlala! Ia berada di kota Malaski, kota tetangga Rajinta. Dan, oh, alangkah berbedanya kota ini dengan Rajinta! Sepanjang Pak Jamjam memandang, bangunan-bangunan berdiri miring dengan cat yang terkelupas. Jalan-jalan berlubang. Tumpukan sampah terlihat di kiri-kanan jalan. Tumbuh-tumbuhan coklat menunduk kekeringan.  Bahkan, di beberapa rumah, Pak Jamjam melihat penduduk yang masih tertidur di balik selimut!
Meski begitu, Pak Jamjam bertekad tetap melaksanakan tugasnya. Hal itu membantu mengobati rasa sedih di hatinya. Pukul 4 pagi, Pak Jamjam berdentang nyaring. Suaranya terdengar sampai penjuru kota Malaski. Membuat penduduk Malaski melonjak dari tidur.
“Hei, suara apakah itu?”
“Astaga, nyaring sekali suaranya!”
Mereka membuka jendela, mencari tahu asal suara tersebut. Udara pagi yang segar memasuki rumah. Kantuk penduduk kota Malaski hilang seketika.
“Selamat pagi, selamat pagi!” sapa Pak Walikota Malaski melihat kedatangan penduduknya. “Lihatlah jam baru ini! Ia akan membantu kita memperbaiki kota!”
Pagi itu, mereka mulai bekerja. Ada yang memperbaiki dan mengecat ulang bangunan. Ada yang memperbaiki jalan rusak dan berlubang. Ada juga yang membantu menyiangi dan menata taman-taman kota.
Beberapa bulan kemudian, dentang pagi Pak Jamjam dan kerja keras penduduk membuahkan hasil. Seluruh penduduk bersuka ria.
“Jam ini sangat berguna! Berkatnya, kita terbiasa bangun pagi!” kata salah seorang penduduk.
Penduduk yang lain menjawab setuju, “Ya, betapa indahnya kota kita sekarang!”
Sebagai bentuk penghargaan, Pak Jamjam dipindahkan ke tengah kota. Dari sana, ia memperhatikan penduduk yang melakukan kegiatannya sejak pagi dimulai. Bersekolah, bekerja, atau membuka toko. Tak jarang, satu dua penduduk yang lewat menatapnya kagum dan penuh rasa terima kasih. Berkat dentang Pak Jamjam, kini kota Malaski terkenal sebagai kota yang indah juga makmur. Pak Jamjam sungguh gembira, ternyata ia tetap berguna!
***