![]() |
Cerpen ini telah dimuat di Majalah Komunikasi Keuskupan Bandung No.453, Rubrik Komcil, Juli 2018 |
Kalos sedang berahasia, Bovi tahu. Sudah beberapa hari tuannya itu pergi tanpa membawa Bovi, Caprin, atau pun Ovis.
Suatu
hari, Kalos mendatangi mereka. Matanya berbinar saat berkata, “Kita akan pergi
ke Padang Ranum!”
Ovis
melompat girang, Caprin mengembik senang, sementara Bovi menanduk Kalos penuh
sayang. Kalos segera menaikkan ketiga domba ke atas kereta, menarik dua ekor
kuda, dan memasang pelan.
“Perjalanan
ini cukup jauh,” kata Kalos sambil mengelus kepala Bovi. “Kita akan melewati
rute berbeda. Duduklah dengan tenang. Apapun yang terjadi, percayalah padaku.”
Di akhir pesan, Kalos menepuk kepala Ovis dan Caprin sebelum menuju ke bangku
kusir.
Kereta
melesat cepat! Bovi dapat merasakan angin menderu di telinga. Caprin
memandangnya panik. Ovis sendiri mulai bergerak-gerak dalam duduknya.
“Tenanglah,”
seru Bovi. Matanya sekelebat membaca “Lubang Serigala” pada gua yang mereka
lewati.
Kereta
mulai melambat. Ovis dan Caprin mendesah lega. Namun rupanya tidak lama.
Sejurus kemudian, kereta bergoyang kencang! Seolah ada raksaksa yang
mengguncangkannya!
“Jja_llan
bbber_bbba_ttu!” Bovi memperingati kedua temannya. “Ddu_dukk dd_an
bber_ppep_ga_ga_ngan_lllah!”
“MBEEK!”
Caprin mengembik panik. Bovi mengikuti pandangan ngeri domba berbulu coklat
itu.
Dan
kemudian, perjalanan mereka semakin berbahaya! Kereta meliuk-liuk miring menghindari
lubang-lubang yang menganga!
“MBEEK!
Aku ingin turun!!” teriak Ovis pucat pasi, disusul tangisan Caprin yang
ketakutan setengah mati, “Mbeek! Mbeek! Mbeek!”
“Tenanglah!
Tetaplah berpegangan,” sekali lagi Bovi mengingatkan. Ia sendiri mencengkeram kuat
pinggiran kereta.
Namun
Caprin dan Ovis tak tahan lagi. Ketika kereta kembali miring menghindari
lubang, mereka melompat keluar! Sementara itu, Bovi tetap bertahan. Tak lama,
matanya terbelalak kagum menatap padang kehijauan dan berbonggol-bonggol
jagung.
“Kita
sampai!” teriak Kalos. “Astaga, kita harus segera mencari kawan-kawanmu. Mereka
pasti belum jauh.”
Tak
perlu waktu lama untuk menemukan Ovis dan Caprin. Segera saja mereka menikmati
rumput yang segar dan butiran jagung manis.
“Mengapa
kau tidak ikut turun dari kereta?” tanya Ovis. Di sampingnya, Caprin
menggoyangkan telinga ingin tahu juga.
Bovi
menatap Kalos yang sedang berbaring nyaman. “Aku percaya pada Kalos. Ia
menyayangi kita. Ia pasti menjaga kita.”
Setelah
Kalos mendapat cukup istirahat, mereka bersiap pulang. Kali ini, Ovis dan
Caprin berjanji untuk duduk diam dan bersikap tenang. Mereka berada di tengah
perjalanan ketika Kalos berbalik dan berseru, “Astaga! Mereka sungguh tidak
bisa tenang.”
Bovi
mengembik setuju. Kalos mengedipkan matanya. Mereka menatap Caprin dan Ovis
yang tertidur pulas sambil mendengkur keras.
No comments:
Post a Comment