Monday 11 September 2017

Titu dan Panen Biji Kenari.

dokumentasi pribadi


Cerita ini telah dimuat di Majalah Komunikasi Keuskupan Bandung, 15 Agustus 2017.

Asyik, panen kenari di Desa Tutupali! Aneka kenari besar dan kecil, banyak sekali!
Titu ingin sup wortel biji kenari. Lalu kue kenari lapis blueberi.
“Oh ya, jangan lupa, jus kenari stoberi!”
Tapi Ibu Titu tidak setuju. “Itu berlebihan sekali.”

Siang itu, Titu makan sup wortel biji kenari.
Di seberang rumah, Aci menikmati kue kenari lapis bluberi. Lalu meneguk jus kenari stoberi.
Uh, itu pasti enak sekali!

Titu pun bertanya, “Mengapa Ibu tidak memasak banyak kenari?”
“Apakah kamu masih lapar?” tanya Ibu mengumpulkan sisa-sisa biji kenari.
Titu menggeleng. Perutnya terasa kenyang.
Ia pun mengikuti Ibu pergi ke lubang dengan riang.
Titu membantu Ibu menyimpan biji-biji kenari dalam aneka lubang.
Keesokan harinya, hujan deras turun sepanjang hari.
Begitu pula keesokan harinya… Lagi, lagi, dan lagi.
Ibu dan Titu tak bisa pergi mencari kenari.
Mereka mengambil dari lubang sesuai keperluan satu hari.

“Hiks!” Titu melihat Aci berdiri kedinginan.
Tupai itu kehabisan kenari akibat makan berlebihan.
“Hujan terus turun. Aku tak punya persediaan dan kelaparan.”
Titu memandang kenari persediaan. Ibu mengangguk memberi dukungan.
“Ini untukmu.”
Aci memberi Titu pelukan.
Di luar, hujan deras terus turun. Titu bersyukur ia tidak makan berlebihan. Terlebih, karena ia memiliki lubang persediaan. 

*** 


No comments:

Post a Comment