Monday 11 December 2017

Surat Untuk Alexis


* cerita ini dimuat diMajalah Komunikasi Keuskupan Bandung, 15 November 2017.

Sekolah Dasar Santo Petrus
Bandung

Tuhan Yesus yang baik,
Hari ini guru agama kami, Pak Yos, mengatakan bahwa kami boleh menulis apa saja kepada Anda. Akhir-akhir ini saya merasa sedih. Ini karena, Alexis, sahabat saya sedang bersedih. Ayah Alexis baru saja meninggal. Alexis tidak yakin ayahnya masuk Surga. Ia bilang terkadang ayahnya suka marah- terutama bila Alexis lupa mengerjakan pe er atau memilih menonton televisi daripada menghapal untuk ulangan besok. Apakah hal ini akan menyulitkan ayah Alexis untuk masuk Surga?

Oh, dan ada lagi. Begini, banyak orang bilang kalau orang baik lebih cepat dipanggil ke Surga. Hal ini membuat Alexis cemas. Ia masih ingin bermain, namun kalau terlalu lama, apakah masih ada tempat di Surga?
Kami tunggu penjelasan Anda.

Salam,


Jeremy (dan Alexis).
NB. sebenarnya Alexis ingin menulis surat ini sendiri, tapi ia terlalu malu.

sumber gambar

Ruang Baca
Rumah Bapa

Jeremy yang baik (dan Alexis yang tabah),
Terima kasih untuk pertanyaan kalian. Aku mengenal ayah Alexis dengan baik. Bahkan di ruangan ini sekarang Aku sedang melihat-lihat kembali perbuatannya. Tahukah engkau, anak-anak-Ku, bahwa ayah Alexis senang sekali menolong siapa pun yang membutuhkan bantuan? Membaca ini membuatKu semakin mengasihinya. Aku menyukai saat ia membagi rotinya kepada anak jalanan, memberikan jaket kepada pengemis tua, dan kebiasaannya membantu Nenek Maya menyeberangi jalan meski hal itu seringkali membuatnya terlambat ke kantor.
Ingatlah selalu bahwa kematian semua orang yang dikasihi Allah itu berharga. Jiwa mereka ada dalam tangan Allah. Maka Kuharap Alexis tidak bersedih terlalu lama, begitu juga dengan engkau, Jeremy.
Mengenai Surga- Aku lebih senang menyebutnya Rumah Bapa, kalian tidak perlu takut. Di sini banyak tempat tinggal. Aku telah menyediakannya bagi anak-anakKu. Jadi, hapuslah kecemasan itu. Sambil menunggu kedatanganKu kembali, tetaplah percaya, memegang teguh iman, dan pengharapan kalian. Bersenang-senanglah dalam memuliakan nama Tuhan dan tentu saja tetaplah saling mengasihi. 

Salam Hangat,



Yesus Kristus.
sumber gambar















Saturday 25 November 2017

Akhir Minggu Belanja Buku.

Gambar dari Gramedia.com
Hai!
Adakah yang sudah menemukan dirinya? 101 Problem Solving for Enterpreneur?
Buku ini sudah beredar di seluruh toko Gramedia, loh.
Kalau mau mendapatkan spesial diskon, meluncur ke Gramedia Online, ya.

Saya sendiri belum sempat mampir ke toko buku, berhubung banyak jadwal rapat kegiatan dan terutamaaa masih menumpuknya buku yang harus dibaca di rumah. Selain itu, bukti terbitnya belum sampai di rumah, nih. Tapiii, saya masih bisa berbagi blurb-nya kok.
Ini dia,

"Memiliki bisnis sendiri menjadi cita-cita banyak orang yang bermimpi meraih sukses dan kaya. Anggapan betapa keren, menarik, dan mudahnya menjadi entrepreneur pun terdengar di mana-mana. Padahal faktanya, ada banyak masalah, tantangan, ataupun rintangan, yang harus dicarikan solusinya terlebih dahulu sebelum kesuksesan dan kekayaan berada dalam genggaman. Temukan apa saja masalah dalam dunia entrepreneur dan bagaimana solusinya dalam buku ini. Buku ini sangat cocok bagi Anda yang saat ini sedang merintis kesuksesan di dunia entrepreneur."

Berikut beberapa poin yang dibahas dalam 101 Problem Solving for Enterpreneur :
  • Produk Tidak Sesuai Keinginan Pasar
  • Produk Tidak Laku
  •  Harga yang Tidak Tepat
  • Salah Memilih Tempat Usaha
  • Nama Produk Tidak Menjual
  • Usaha Terancam Bangkrut
  • Terlalu Idealis
  • Dll
 Nah, selamat berburu... selamat akhir minggu!
\(^0^)/


Friday 24 November 2017

Di Balik Buku-Buku Nonfiksi

suasana talkshow - dokumentasi pribadi

Malam kemarin menemani Benji-Pak-Suami mengikuti talkshow dengan tema "Rahasia Membangun Bisnis dengan Sentuhan Humanis : Menjadi Pengusaha yang Diberkati untuk Memberkati."

Sebenarnya, saya tertarik dengan tagline-nya. Karena seringkali, sebagai anak sosial saya nggak paham dengan urusan ekonomi. Tapi kan Ben anak ekonomi, jadilah lama-lama sudah terbiasa, meski lebih banyak nggak mengertinya. Apalagi kalau dia sudah bicara tentang pajak. Puyeng.
f(-_-) Hehehe.

Dan sudah beberapa kali menemani dia ke acara bertema sama, karena ternyata tujuan pak karyawan satu ini, "Suatu hari nanti, kita punya usaha sendiri, yuk!"
Saya sih ayuk saja, mengingat sekarang menulis pun termasuk usaha mandiri, bukan?
Nah, tebak, usaha apakah?
Ya, toko buku, pasti. Yang ada kopinya juga, pasti :D
Lalu ditambah kegemaran Ben memasak, sebenarnya kami ingin punya restoran dengan pojok baca bin ngopi. Makanya, suka rajin kalau ada seminar atau talkshow bisnis dengan tema yang sesuai. Makanya juga, mengapa saya bisa menuliskan buku-buku nonfiksi bertema bisnis akhir-akhir ini. Dimulai dari Intuisi, Ubah Krisis Jadi Bisnis, sampai yang paling baru 101 Problem Solving for Entrepreneur. Kan katanya-siapa-itu, buku terbaik adalah buku yang kamu tuliskan untuk dirimu sendiri atau untuk orang yang kamu sayangi. Ya, kurang lebih seperti itulah ya kalau diterjemahkan.
Jadi... Ya! Inilah ide, inspirasi, sekaligus c pak suami di balik penulisan buku-buku nonfiksi tersebut.

Kalau kamu ingin punya usaha sendiri jugakah? Usaha apa?
Yuk, kita semangat membangunnya bersama-sama, meski di jalan masing-masing. Hehe.
Semangat!
\(^0^)/

Monday 20 November 2017

Selamat Hari Anak Sedunia!

saya dan Mbak Meinar
Hai!
Selamat Hari Anak Sedunia!
*lalu diajakkin selfie sama Mbak Meinar, jarang-jarang kan ya. Hehehe.
Sementara itu, Kak Deta dari kelompok dongeng Bengkimut sedang diwawancarai seputar dongeng oleh Mbak Vivi dari Radio Elshinta. Oh ya, selain itu juga ada Mas Idzma dari komunitas Ayah ASI.
Nah, berhubung acara on air-nya tidak seperti jaman saya masih kuliah gitu, dengan mobil on air atau di studio siaran, saya nggak bisa mendengar jelas pertanyaan penyiar, jawaban, juga pertanyaan penelepon.Terus apa coba gunanya dateng? Mungkin kalian bertanya demikian.

Hahaha..
Sebenarnya ini lebih ke acara jalan-jalan nostalgia saya.
Inget jaman kuliah dulu, sering banget harus mampir stasiun radio untuk wawancara, mempelajari alat-alat rekaman, sampai mencoba siaran.
Yah, lumayanlah mendatangkan aura kembali muda *inginnya! Hahaha.
Eh, lalu saya kebagian mendokumentasikan momen daaan merekam sepanjang waktu siaran demi  Live on Instagram-nya Bengkimut.

suasana saat siaran - dokumentasi pribadi

Kalau dari Kak Deta sendiri banyak membahas seputar dongeng. Manfaatnya untuk anak-anak yang banyak sekali, terutama bagaimana anak-anak dengan mudah merefleksikan dirinya menjadi salah satu tokoh cerita dan menangkap pesan yang dimaksud. Jadi, ia merasa tidak digurui atau bahkan dimarahi. Itulah asyiknya bercerita lewat dongeng. Oh ya, dan ternyata mendongeng itu tidak sulit kok! Tanpa perlu properti atau memiliki keterampilan aneka suara, mendongeng bisa dilakukan dengan sederhana. Yang terpenting, waktu berkualitas yang kita miliki bersama anak dan ceritanya menarik, anak-anak pasti suka. 

Okeh, paragraf terakhir menjadi catatan untuk diri sendiri sebagai pendongeng pemula yang seringkali takut tampil 😂
Jadi, mari kita mulai mendongeng, demi anak-anak sedunia yang lebih berbahagia?
Mari!
Semangat!!
\(^0^)/

foto bersama setelah siaran berakhir - dokumentasi Elshinta



Sunday 19 November 2017

Inka dan Para Dino di Belanda

foto dari Mami Ida, via Instagram

Salah satu pembaca setia sejak seri Benji :)
Yang bela-belain menitipkan bukunya kesana kemari karena sekalian menunggu ada yang berangkat ke Belanda.
*karena kirim ke sana mahal sangat katanya.
Hehehe.
Terima kasih, Inka dan Mami Ida...
Selamat bertualang bersama para dinosaurus, ya!
\(^0^)/

Psst... buku ketiga sudah selesai diilustrasi.
Doakan proses revisi dan naik cetaknya cepat bin lancar, oke?
Terima kasih!

Selamat Hari Lahir, Jeremy & Alexis!

dokumentasi pribadi
Hai, hai!
Selamat hari Minggu!
Selamat bertemu dua sahabat, Jeremy & Alexis dan stok pertanyaan mereka yang tak pernah habis 😁

Sejujurnya, cerita ini agak lama ditulis karena cukup sulit menemukan idenya.
Yup, karena bulan November identik dengan Hari Arwah, maka tema majalah Komunikasi kali ini adalah pemakaman Katholik. Nah bagaimanapun, saya belum ingin menuliskan cerita anak dengan aura gelap atau sad ending.

Setelah melihat-lihat kembali koleksi buku cerita anak, menemukan sebuah buku terbitan Kalam Hidup, judulnya "Mancing Ikan."  Format cerita dalam buku itu adalah surat-menyurat. Kalau dipikir lagi, mirip sama novel-novel chicklit Meg Cabot koleksi si saya.
Maka, kali ini memutuskan untuk mencoba menulis dengan format ini. 
Semoga disukai pembaca, ya.

Ide tokoh sendiri, yaitu Alexis didapat karena lagi marathon menonton serial Castle.
Hahaha... ya, ya, ya.. Apa coba hubungannya antara cerita detektif a.k.a pembunuhan dengan cerita persahabatan Alexis & Jeremy ini? Saya pun kurang paham, yang pasti, ide atau inspirasi itu memang datang dari mana saja.

Dalam seri Castle, Alexis adalah seorang remaja perempuan yang cantik, pintar, dan dewasa. Ia tinggal hanya bersama ayahnya. Sementara Alexis dalam cerita ini digambarkan pemalu dan ragu, terutama sejak ayahnya meninggal. Sebagai sahabat baik, tentu saja Jeremy merasakan kesedihan Alexis. Ia memutuskan melakukan sesuatu untuk, setidaknya, meringankan hati Alexis. 
Kira-kira, apa yang Jeremy tuliskan dalam suratnya kepada Tuhan-demi-Alexis?
Temukan ceritanya di Majalah Komunikasi Keuskupan Bandung edisi 445.

Daaan, tidak terasa..setahun sudah menulis untuk majalah Komunikasi ini.
HIKS!
Semoga tahun depan masih diberi kesempatan untuk tetap terlibat.
Doakan ya, ya, ya?
Hehehe.

Oke, sekian pemberitahuan (agak) penting hari ini.
Selamat berakhir minggu bersama orang-orang kesayangan,
dan tetaplah baca buku!
\(^0^)/


Tuesday 14 November 2017

Para Dino di TK Kalila

"Selamat pagi...
Hari ini kami mendapat paket istimewa
Yang di kirim langsung oleh penulis nya kak Eugenia Rakhma
Buku asikkk yg berjudul piknik di hutan dino
Dan warna warni di kota dino...
Menambah koleksi dan seru nya menjelajah bersama dino...
Terima kasih tanda cinta dan perhatian nya kak rara...
Di tunggu main ke kalila ya....
Sukses selalu buat kak rara...
We love you..
Dari Kami di kalila..."
- Bu Ningrum via facebook -

foto dari Bu Ningrum, Kepala Sekolah TK Kalila
Yay!
😊
Sama seperti seri Benji sebelumnya, para dinosaurus pun akhirnya sampai di TK Kalila;
c TK favorit yang membuat saya jatuh cinta sejak pertama kali mendengar perjuangan Ibunya, yaitu Bu Ningrum Anugrah.
Terima kasih untuk cerita, niat, perjuangan, terutama cinta yang begitu mengispirasi, Bu Ningrum.
Semoga selalu menjadi berkah buat orang-orang di sekitar.

Hai, anak-anak Kalila...
selamat membaca dan bermain bersama para dinosaurus, ya!
Teruslah berpetualang, belajar, dan bersenang-senang.
\(^0^)/

Sunday 12 November 2017

Piknik di Hutan Huruf di Festival Bandung Mendongeng 2017

Pagi tadi bersama para dinosaurus mengajak pengunjung Festival Bandung Mendongeng 2017 berpiknik di Hutan Huruf.
Awal yang menegangkan, berubah menjadi menyenangkan! 

suasana dongeng di Saung Taneuh
 Anak-anak serta beberapa guru dan orang tua antusias ingin mendengarkan cerita para dinosaurus. Mereka  membantu Dilo membaca daftar belanja dan menemukan barang-barang yang dinosaurus biru itu inginkan. Mereka pun mau membantu Stevi menghias kue tart. Saat melihat roti huruf buatan Bonci dan balon-balon A-Z tiupan Dimi, para pengunjung menyanyikan lagu ABCD bersama-sama. Yeah!
 

Perlahan-lahan, ketegangan saya pun mencair...lalu hilang sama sekali!

Sesampainya di Hutan Huruf, para pengunjung terlibat aktif membaca kata dan mencari benda-benda yang disembunyikan oleh Patty. Bola, roti, baki, pita, sampai baju. Meski saya harus turun naik tangga demi mereka bisa menunjuk benda-benda yang dimaksud tersebut, saya merasa senang melihat wajah-wajah antusias dan senang mereka.


Akhirnya, saya bisa membuktikan (terutama pada diri sendiri) bahwa buku cerita-aktivitas juga bisa digunakan untuk kegiatan mendongeng. Bahkan, penonton dapat terlibat aktif menunjuk, menyebut, dan mencari sesuai aktivitas-aktivitas yang ada. Rasanya, saya tidak bercerita sendiri, tapi para penonton ikut membuat cerita tersebut menjadi utuh. 

Dan meski dokumentasi saat kegiatan ini minim karena kurangnya tim dokumentasi dan juga karena Ben mendadak harus membantu di saung lain, syukurlah masih ada dua foto di atas yang diambil oleh Kak Kuke. Terima kasih sangat sudah mendokumentasikan moment kami, Kak 😊

Spesial terima kasih, untuk si bocah keponakan bersama si kakak dan suaminya yang datang pagi tadi demi melihat saya mendongeng. Terima kasih untuk dukungan kalian yang selalu penuh dan tulus :)

Sampai bertemu di kegiatan para dino berikutnya, ya!
\(^0^)/

Pagi di Saung Taneuh

Pagi ini di Saung Taneuh, Festival Bandung Mendongeng 2017,
dalam rangka meredakan ketegangan dan mempersiapkan diri untuk mendongeng.
Melepaskan diri sejenak dari kesibukan wara-wiri-khas-panitia-yang-bisa-dilanjutkan-dipikirkan-lagi-nanti. 

Duh, gini nih kalau baru dongeng sekali, lalu langsung diminta tampil di acara besar. Meskipun bukan di panggung utamanya, tetap saja tegang sangat!!
*tapi masih sempat minta difoto. Ya, ya, ya. 

on stage. Foto oleh Ben.
Doakan acara mendongengnya berjalan lancar, ya.
Terima kasih!
\(^o^)/

kaus panitia, buku Dino, dan properti huruf dari dupleks karya Ben.


Di Panggung dan Partisi Acara.

Akibat kesibukan akhir-akhir ini sebagai panitia-kepala-suku-relawan, merangkap moderator, merangkap pengisi acara (pemula), nggak pernah menyadari benar peran sebagai pendongeng sampai pagi tadi. 

Pukul setengah enam di Aula Timur ITB. 
Entah karena suasananya yang masih sepi...
Entah karena panggungnya yang tampak demikian besar... 
Yang pasti, saya terpana. 
Terhenti sejenak untuk menangkap momen. 

Karena...
Kapan lagi wajah saya bisa tergabung bersama para pendongeng terkenal itu, kan?
*nomor lima dari kiri, di bagian bawah, yang hitam putih sendiri :D

foto oleh Kak Deta.
Dan mendapatinya juga di Partisi Acara.
Wow!

dokumentasi pribadi

Yah meskipun, kemungkinan besar orang juga akan bilang, "Siapa sih Kak Rara ini??"
Untuk hari ini saja, saya ingin berbangga dan mengabadikan momen.
Semoga, semoga, semoga acara hari ini berjalan dengan lancar, terutama bagian dongeng bersama para dinosaurus.
Amin!

Yuk, semangat!
\(^o^)/

Saturday 11 November 2017

Peran Bahasa Visual Dalam Buku Cerita Anak.

Hari ini saya bertugas menjadi moderator dalam sesi pertama seminar "Warna Warni Literasi Anak," mendampingi Mas Triyadi Guntur Wiratmo membahas topik "Peran Bahasa Visual Dalam Buku Cerita Anak."

foto oleh Emma, salah seorang relawan FBM.

Berhubung ini pengalaman pertama, tegang juga, loh. Saya sampai lupa memperkenalkan diri sendiri, dan langsung asyik membacakan profil Mas Guntur. f(^o^) Setelah itu, sesi seminar pun resmi dimulai. 

Mas Guntur membuka seminar dengan fakta yang memancing rasa ingin tahu. Beliau mengatakan bahwa manusia adalah homo significans; yaitu spesies yang senantiasa berhasrat untuk membaca tanda atau membangun makna dari segala sesuatu yang dilihatnya. Bahkan ketika manusia diperlihatkan sesuatu yang "tidak berarti," pikirannya akan berusaha keras mencari makna. 

Wah, kalau begitu seberapa pentingkah buku cerita anak yang mengandung banyak "tanda" alias gambar itu? Penasaran juga, kan?

Sebagai pendidik, peneliti, dan praktisi, topik yang dibawakan Mas Guntur asyik sekali. Materinya lengkap disisipi banyak gambar. Berikut beberapa topik yang dikupas Mas Guntur dalam kaitannya dengan buku cerita anak : 
  • Resonansi visual- pemanfaatan huruf dan gambar dalam menyampaikan pesan.
  • Sequential art alias seni gambar berturutan- biasa dalam buku cerita anak.
  • Frame dalam buku cerita anak yang membantu meningkatkan keterampilan berpikir anak.
  • Taksonomi buku cerita anak.
  • Peran ilustrasi secara umum dan dalam buku cerita anak.
  • Mempelajari maca-macam gaya menggambar, teknik dan material, juga peran komposisi dan layout.
  • Tipografi - bentuk dan ukuran huruf. 
  • Relasi antara ilustrasi dan teks.
Setelah mengikuti sesi selama satu jam dan melihat seluk beluk di balik sebuah ilustrasi, dapat ditarik kesimpulan bahwa bahasa visual memegang peranan penting dalam buku cerita anak sebagai penyampai pesan utama yang efektif, karena gambar bersifat konkrit sehingga lebih mudah dipahami oleh anak-anak.  Tak hanya itu, dengan gambar, pesan yang itu-itu saja menjadi menarik secara visual. Terakhir, karena gambarnya yang berturutan, buku cerita anak berperan dalam memberikan pemahaman yang terus bertambah dan melatih kemampuan kognitif anak. Selain, tentu saja, meningkatkan keterampilan berbahasa.

Suasana saat seminar berlangsung. Foto oleh Emma.

Nah, nggak ragu lagi kan untuk membeli buku cerita anak?
Banyak manfaatnya, kok..selain-sudah-pasti, menyenangkan!
Setuju?

Dan berakhir juga tugas pertama sebagai moderator-yang-tak-sempurna. Terima kasih untuk kepercayaan dan kesempatannya, tim panitia Festival Bandung Mendongeng. Semoga lain waktu, bisa berpartisipasi lagi dengan lebih baik. 

Sampai bertemu besok di Festival Bandung Mendongeng!
\(^0^)/

Kisah Kalei



dokumentasi pribadi

Cerita ini telah dimuat di Majalah Komunikasi Keuskupan Bandung, 14 Oktober 2017.


 Seandainya aku bisa menulis, aku pasti akan mencatat setiap hari yang kulalui bersama Maria. Sebab, hari-hari bersamanya adalah saat paling menyenangkan dan mengagumkan. Saat terindah dalam hidupku, terutama tiga hari istimewa yang akan kuceritakan kepadamu sekarang.
Hari istimewa pertama kuingat sebagai Hari Kejutan. Apakah kamu pernah mengalaminya? Sesuatu terjadi secara tiba-tiba dan hidupmu berubah. Itulah yang kualami bersama Maria. Hari itu seperti biasa, aku menemaninya pergi berdoa, mengambil air, menenun, dan membaca Alkitab. Tiba-tiba cahaya terang memenuhi ruangan. Malaikat Gabriel berdiri di hadapan kami. Ia berkata bahwa Maria akan mengandung seorang bayi yang berasal dari Allah. Ia harus menamai bayi itu Yesus. Seperti kedatangannya, tiba-tiba saja malaikat itu menghilang. Namun, Maria memutuskan untuk percaya. Ia tidak menghiraukan perkataan orang. Aku memandangnya kagum. Hari itu, Maria mengajarkanku keberanian untuk menjawab panggilan Allah.
Hari istimewa kedua kuingat sebagai Hari Kelahiran Sukacita.  Saat itu aku, Maria, dan suaminya Yusuf harus pergi ke Betlehem untuk sensus penduduk. Maria terlihat kelelahan dan kesakitan, perutnya sudah semakin membesar. Sayangnya, semua penginapan penuh. Kami akhirnya boleh beristirahat di sebuah kandang. Kakiku yang terasa sakit tidak kuhiraukan karena mendengar jerit kesakitan Maria. Rupanya si bayi tidak mau menunggu kami kembali ke rumah. Ia memutuskan lahir saat itu. Setelah waktu yang terasa panjang, tangisnya pun terdengar. Aku tidak akan melupakan wajah Maria dan Yusuf saat itu. Meski terlihat lelah, kedua mata mereka berbinar bahagia. Hari itu, Maria mengajarkanku tentang keteguhan iman kepada perlindungan Allah.
Hari istimewa ketiga kuingat sebagai Hari Kenaikan ke Surga. Hari itu, hatiku sungguh hancur mengikuti langkah-langkah berat Maria. Di depan kami, orang-orang menghina, memukul, bahkan menanggalkan pakaian Yesus. Aku merasakan genggaman tangan Maria semakin erat pada tali kekangku. Mulutnya terus menggumam, “Aku percaya akan rencana Allah.” Aku meringkik halus dan menanduk bahunya lembut. Hari itu, Maria mengajarkanku tentang kepasrahan diri secara total kepada kehendak Allah.
Setelah Yesus pergi, hari berjalan seperti biasa. Aku kembali menemani Maria berdoa, mengambil air, menenun, dan membaca Alkitab. Namun ada yang berbeda. Terkadang aku menemani Maria duduk mengobrol dengan para rasul dan para pengikut Yesus lainnya. Mereka seringkali meminta nasihat dan doa. Sejak itu, aku lupa tepatnya, Maria mulai dipanggil Bunda Gereja. Dan aku? Aku tetap Kalei, keledainya yang setia. 
sumber gambar