Saturday 17 December 2016

It's Only Left Four. You Already Have One, Don't You?

Tadi sore, di-tag sama Mbak Monica Anggen via akun Instagramnya kalau buku "50 Cara Mengambil Keputusan Berdasarkan Intuisi Yang Orang Kaya Tahu Tapi Kita Tidak" di Gramedia Bintaro sisa empat eksemplar saja dari stok 20.
Wow!
Kamu sudah berhasil dapat satu?

Saya sendiri baru akan ke (seperti biasa) Gramedia Merdeka besok. Mau beli satu karena terlalu nggak sabar menunggu bukti terbitnya datang. Lalu, sejalan pulang, saya bisa meninjau ke Gramedia TSM.
Begitulah, penulis itu ya ternyata narsis (setidaknya saya). Narsis ngeliatin dan foto buku-buku karyanya sendiri (maafkan aku, duhai pembaca wkwkwk).

Oke, ini mulai aneh.

Untuk besok, silahkan mengamati lebih dekat.

dokumentasi dari akun Instagram Mbak Monica Anggen

Lalu,
selamat berburu, ya!
\(^0^)/

And God Always Have a Surprise,

didn't He?

Di saat saya sedang menunggu terbitnya buku nonfiksi perdana saya yang bertema parenting - karena Bu Direktur dengan baik hati bilang untuk hadiah Natal saya- saya mendapati buku nonfiksi bertema bisnis ini justru terbit duluan. 
Dua hadiah Natal? Siapa yang bisa menolak, bukan?

Dan rasanya tak percaya ( tapi banyakan terharunya) melihat nama saya tercetak di sana. Di salah satu kover seri 50 yang diterbitkan Penerbit Grasindo. 

Saya masih ingat betapa gembiranya saya ketika mendapat kesempatan menulis bersama Mbak Monica Anggen. Betapa gugup dan nyaris frustasi- bahkan putus asa cenderung ingin menyerah- dalam proses penulisannya. Soalnya, selain saya baru memasuki dunia nonfiksi, tema bisnis juga termasuk dunia baru (nekad banget emang ya jadi orang -_-)

Tapi, syukurlah Tuhan memberi kesempatan sekaligus kekuatan untuk menyelesaikannya. 
I'm more than speechless to praise and give thanks to Him.
Jadi ingat kata-kata Vincent Van Gogh :

"Your profession is not what brings home your paycheck. Your profession is what you were put on Earth to do with such passion and such intensity that it becomes spiritual in calling."



foto dari FB Penerbit Grasindo

Dan begitulah rasanya setiap kali melihat buku terbit.
Setiap kali itu pula saya mengucap syukur karena diberikan kepercayaan (atau talenta?) oleh-Nya untuk menjadi seorang penulis.

Dear, My Super-Kind Partner in Write, Mbak Monica Anggen...
Terima kasih untuk kepercayaan dan kesempatannya,
Terima kasih karena telah mengajari banyak hal dan panjang sabar selama proses penulisan,
juga untuk setiap pencerahan, semangat, dan dukungan doa.

Semoga buku ini memberi pencerahan dan pengetahuan baru kepada setiap pembaca, seperti yang ia lakukan pada penulisnya sendiri :) 

Dear, Kamu ...
Selamat berburu dan menemukan buku Intuisi ...
Selamat membaca, ya!
\(^o^)/

Saturday 3 December 2016

Welcoming December!

doc.corat-coret pribadi.
Welcoming December Dance!
Yes, we're ready for the new deadline, aren't you? 

Hahaha....
Ini post gaya bener nggak sih?
Setelah tiga buah deadline berturut-turut di bulan November, yang adalah :
satu nonfiksi, satu kumpulan cerpen anak, dan satu artikel,
tadinya di bulan Desember saya mau bacaaaaaa, menghabiskan tumpukan buku yang tingginya udah bikin sakit jantung, bikin rasa bersalah naik ke ubun-ubun tiap beli buku lagih.
Tadinya,  saya ingin merapikan (atau memulai kembali, yah?) resensi-resensi buku...
Tadinya juga, saya mau menikmati Desember dengan santai-santai, main sana-sini, kumpul sama keluarga alias nyolong libur :D

Tapi, Tuhan memang Maha Baik :)
Diberikanlah hamba-Nya ini dua buah pekerjaan menyenangkan untuk dilakukan sambil menunggu Natal. Haha... Semangat, Kakaks!

Baiklah.
Kalau kamu, akan sibuk apa di Desember ini?
Semangat selalu, ya!
\(^0^)/

Monday 28 November 2016

Selamat Hari Dongeng Nasional!

Hmm.. hmm... siapalah saya ini,
penulis baru, kata mereka.
Yang masih sering dipandang sebelah mata,
lalu dilupakan begitu saja.
Ah, tapi nggak apa-apa ...
Buat saya, menulis itu yang utama.
Sudah ada kegembiraan sendiri di dalamnya.
Tapi nggak dipungkiri, ada saatnya saya merasa sakit hati.
Cara satu-satunya, yang saya tahu, bekerja lebih keras,
menulis lebih baik lagi. 
Bukankah aksi berbicara lebih dari kata-kata itu sendiri? 

Dan siang ini, 
sebuah photo tag di Instagram berhasil membuat saya melompat dari tempat duduk,
melonjak, tertawa, separuh terharu sendiri.
Benji there to say "Selamat Hari Dongeng Nasional."
Ah, biarlah saya nggak dikenal,
asal Benji bisa menyapa lebih banyak orang :)

Dear, Penerbit BIP.. 
setelah sebelumnya Benji diutus di Hari Anak,
terima kasih sudah mengutusnya kembali untuk Hari Dongeng Nasional.
Dan, saya ingin mengabadikan momen itu di sini.

Hai kamu, selamat Hari Dongeng Nasional, ya...
Teruslah membaca, teruslah berbagi cerita,
karena di sana terkandung banyak cinta :)


foto dari Instagram Penerbit BIP

Friday 25 November 2016

Benji, Nissa, dan Perihal Melipir Sejenak.

Siang ini, 
di tengah-tengah keseriusan tingkat putus asa menyelesaikan naskah nonfiksi, 
saya mendapat kabar gembira untuk kita semua.
Haha...
Bercanda.

Saya dapet kabar menyenangkan dari Rumah Akasia nun jauh di Riau sana.

Foto dari FB Kak Onie Daulat
 "Nah, Kurcaci yang ini pinter cari waktu. Pergi ngaji dipercepat artinya mandi lebih cepat. Soalnya ada buku yang belum boleh dipinjam, dan belum ditamatkannya. Yaitu, serial Benji-nya Kak Rara (Eugenia Rakhma).
Maka, karena belum jamnya ngaji, jadi dia mlipir dulu ke Rumah Akasia Library. Truss, baca Benji, deh :)"

Jadi, bagaimana saya tidak semangat untuk menulis lagi?

Dear, Nissa ...
Terima kasih sudah menyempatkan untuk membaca Benji, ya.
Aku lagi bikin buku lagi, loh. Ditunggu, oke?
*karena PD itu perlu :D
Dear, Kak Onie ...
Terima kasih sudah berbagi cerita dan foto.
It's means a lot for me :)

Kalau kamu, kapan waktu favoritmu untuk membaca Benji?
Semoga menghibur, ya.
Selamat membaca!
\(^0^)/

Friday 11 November 2016

On Work : Fourth Non Fiction.

dokumentasi pribadi

Proyek baru berikutnya on hands!
Ini harus super semangat,
temanya baru, menarik, dengan deadline yang cukup dekat.
Doakan lancar ya, teman-teman pembaca ;)

Thursday 10 November 2016

November Late's Welcome.

hasil corat-coret sendiri.doc

Iyah. Ini sudah minggu kedua November.
Hujan turun terus pula di Bandung, nggak mungkin banget nerbangin layang-layang. Hehehe.

But still I wanna dance to welcoming, what almost people say, November Rain.
Bulan yang kesannya glommy glommy gimana gituh, dengan backsound yang terkesan suram, kali ini punya cerita sendiri. Bahkan di tanggal satu, beberapa tawaran proyek masuk bersamaan.
Wuah! Aku nggak jadi pengangguran! *hahaha.
Dan meski nggak jadi menikmati waktu-baca-super-panjang yang sudah direncanakan *lirik timbunan-buku-super-tinggi, tidak apa-apa. Menulis sama asyiknya dengan membaca.

Terima kasih untuk setiap orang yang mempercayakan proyeknya  kepada si sayah :D
Doakan lancar, ya :)

Have a happy raining day, People!
God bless us always.

Which One Is Your Favorite Benji's?

testimoni from Bunda Sita, Lampung.

"dia skrg uda bisa menceritakan kembali tuh isi buku mu... hehehehe. lucu banget... yg serangga itu, kalo baca itu marah2 dia... 'pokoknya ngga boleh ditangkepin!' atau 'bebasin kupu2nya, kalo gak aku males baca lagi' tp teuteup, yg serangga itulah yg paporit dia."

Thank you for sharing the testimoni, Bunda Sita!
Duh Sita, maafkan akuuu... Bukan bermaksud mengajarkan nangkepin serangga, loh. Tapi nanti kalau kamu TK A, salah satu kegiatan seru adalah bawa serangga ke sekolah buat dipelajari bersama. Selesai belajar, dilepasin lagi, kok. Benji nggak sempet lepasin, karena halaman cerita terbatas. Cuma cukup sampai berhasil nangkep dan mau dibawa ke sekolah.
 *tiba-tiba feel guilty. haha.

Apa ceritamu bersama Benji?
Eh ngomong-ngomong, cerita Benji yang mana yang jadi  favoritmu? 
Berbagi, yuk!
Dan tak lupa ...
Teruslah membaca buku!
\(^0^)/

Friday 28 October 2016

Can't Stop Play with Benji.

"Katanya yg kemarin diberikan ke anak temannya, dan anak tsb ga berhenti2 mengerjakan aktivitas dari bukumu. Mbak Ifa ingin suggest kamu bikin utk yg SD, karena kayaknya buat SD jenjang kecil pun menarik bgt."
Mbak Ifa via Kak Deta.

Thank you, it really made my day!
Dan saya pun kembali semangat menulis lagi.
Terima kasih untuk testimoninya, ya :)
Masukannya akan saya diskusikan bersama Pak Editor dan Tim.
Terima kasih sudah bermain bersama Benji.

Kalau kamu, apa ceritamu bersama Benji?


Thursday 13 October 2016

Benji di Rumah Akasia.

"Dua kurcaci rebutan baca Benji-nya Kak Eugenia Rakhma" - Onie Daulat
Senangnya mendapati dua pembaca cilik alias kurcaci Rumah Akasia ini membaca seri Benji. Selamat pagi dari Benji di Rumah Akasia,  Pekan Baru - Riau!



Have a happy day!
\(^0^)/

Wednesday 12 October 2016

(Sedikit) Asal Usul Kelahiran Benji.

Setiap kali orang-orang bertanya dengan bingung, "Bagaimana sih cara menceritakan buku seri Benji pada si kecil?"
Saya dihinggapi rasa cemas. 
Duh, Benji bisa membantu anak-anak secara maksimalkah?

Atau setiap kali orang bertanya dengan heran, "Ngapain sih bikin buku aktivitas? Kenapa nggak pictbook atau dongeng sekalian!"
Saya menelan ludah pahit. Dalam hati berkata, buku aktivitas itu juga pictbook. Ada ceritanya juga tahu.
Yang saya bisa lakukan adalah kembali mengingat tujuan awal saya mengapa menulis seri Benji.
Dan siang ini, saya seolah diingatkan bahwa mimpi waktu itu terwujud nyata.

repost from mama Halmar a.n Giratri on Instagram.

"He can differentiate each phase of the morph cycle. and now Abang's newest favorite word : Imago! - @giratri

Yaphs, seri Benji hadir karena jaman-jaman mengajar dulu, para Mama-Papa seringkali bertanya.
"Miss, hari ini belajar apa? Tentang apa aja itu teh, Miss?"
Atau ketika anak-anak mereka lebih asyik bermain sendiri di kelas, mereka akan bertanya,
"Jadi di rumah saya harus mengulangnya gimana, Miss? Enaknya main apa?"
Ditambah saat itu, saya lumayan kesulitan mencari buku-buku cerita untuk anak usia dini- yang ceritanya sesuai dengan tema dan target perkembangan usia mereka. Jadi kebanyakan saya bikin cerita versi saya sendiri. *PD jaya.
Nah, gabungkanlah semua unsur-unsur di atas dan voila! begitulah seri Benji tercipta :)

Saya akui, saya tidak membuat seri Benji hanya untuk anak-anak.  Terlebih saya membuatnya sebagai alat bantu para orang tua di rumah. Agar mereka mengetahui tema dan batasan tema yang dikenalkan kepada si kecil sesuai dengan tahap usianya. Kegiatan-kegiatan apa saja yang dapat dilakukan untuk melatih keterampilan berbahasa, motorik halus, bahkan kognitif si kecil di rumah. Harapannya, si kecil akan merasa bahwa kegiatan membaca merupakan kegiatan yang menyenangkan. Dan karena mereka berkontribusi pada halaman-halaman Benji (dengan ikut mewarnai, menebalkan garis, menempel, dll), mereka akan mengulang membaca dan menyerap nilai-nilai karakter di dalamnya.

Hari ini mimpi itu terwujud.
to help and have fun with the children, even with the parents.

Kamu tak hanya belajar tapi juga bermain.
Kamu tak selesai dengan hanya membaca, namun melakukan kegiatan menyenangkan setelahnya. 
Dan semoga kamu menjadi semakin cinta baca dan mempelajari lebih banyak hal lagi.

Like always,
Have fun with Benji, ya!
\(^0^)/

Friday 7 October 2016

Akhir Cerita dan Awal Baru.

Aloha!
Saya kembali setelah menyepi.
Hihi.

Yuphs, sementara 20 peserta melanjutkan perjalanan dengan revisi, revisi, dan revisi naskah workshop yang lolos audisi, saya belum beruntung *seret koper kaya peserta AFI :D
Padahal, waktu mau ikut workshop, saya nggak tahu bahwa naskah-naskah potensial bakal diterbitkan sama Room to Read dan lembaga mitranya. Pokoknya, bisa ikut workshop, menimba ilmu sebanyak-banyaknya.

Tapi ya dasar, manusia seperti saya nggak pernah puas. Waktu tahu naskahnya nggak lolos, mau nggak mau saya :
1. Menangis sekali.
2. Menyepi sehari.
3. Okeh, mari menulis naskah lagi.
Begitulah.
Bagaimanapun kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda ... (yang menyakitkan). Hahaha.
Tapi, bukan berarti kita nggak bisa bangkit, kan?
Semangat!

Lalu lala...apakah rencana selanjutnya?
Berhubung saya merasa masih kekurangan ilmu, saya mau ikut workshop tahun depan.
Meski ini akhir cerita dari Workshop Room to Read 2016, buat saya ini awal yang baru.
Untuk mengaplikasikan ilmu. Latihan. Dan menulis lebih banyak lagi.

Berikut saya rangkum materi selama workshop di sini, supaya nanti gampang dicari :
1. Mengenal Pembacamu
2. Membuat Karakter Cerita
3.Memahami Sembilan Cara Bercerita
4. Memahami Elemen-elemen Cerita
5. Mengadaptasi Cerita Rakyat

Semoga kita lolos audisi berikutnya dan bisa bertemu, ya :)
\(^0^)/
Semangat!

sumber gambar : google





 "A professional writer is an amateur who didn't quit."
- Richard Bach -

Wednesday 28 September 2016

Folklore – Writers Workshop Day 3



Yuhu… ini dia materi yang banyak ditunggu-tunggu : cerita rakyat.
Menurut para peserta yang mengikuti workshop tahun kemarin, materi ini yang menjadi daya tarik mereka untuk kembali mengikuti Writers Workshop bersama Room to Read.
“Tahun kemarin nggak ada folklore,” begitu kata mereka.
Saya diam mendengarkan, lebih banyak bertanya-tanya ke diri sendiri … Saya kok nggak tahu ya materinya bakal apa aja, kecuali ya bikin buku untuk pembaca pemula. *kasihan, nggak update nih orangnya.

Sementara yang lain antusias menerima materi, saya cenderung pasif. Jujur saja, cerita rakyat itu kelemahan terbesar saya. Buktinya, setiap kali ada lomba di komunitas untuk menceritakan ulang cerita rakyat atau membuat cerita rakyat, saya selalu gagal.
Pertama, saya kurang tertarik membaca cerita rakyat Indonesia yang panjang-panjang, lalu ujungnya saya nggak paham maksudnya apa.
Kedua, saya bingung bagaimana membuat cerita tersebut lebih sederhana, lebih menarik, terutama untuk dikenalkan pada anak-anak.
Ketiga, seperti yang orang banyak bilang, cerita rakyat Indonesia seram. Ada pembunuhan, incest, dan teman-temannya.

Kalian juga merasa gitu nggak sih?

Tapi, dibanding hari-hari sebelumnya, materi cerita rakyat ini menjadi materi yang paling seru : banyak diskusi, banyak debat, banyak pertanyaan berseliweran. Kalau beberapa justru malah mendapat pencerahan, saya justru makin bingung, loh. Hehehe.
Tapi, saya tetep mau share materinya di sini. *pede Jaya
Seperti yang Mr. Alfredo bilang (dan saya sadari betul dengan segala kerendahan hati, uhuk!)
“You need to practice.”
Eh, ngomong-ngomong, Mr.Al bilangnya ke semua peserta, loh. Nggak ke saya aja, okeh? :D

Dan inilah materi singkat dari Mr. Alfredo seputar cerita rakyat :

Apa saja yang termasuk dalam cerita rakyat (folklore)?
Sebuah ritual kepercayaan, keagamaan, tarian tradisional, desain-desain tertentu, mitos, legenda, cerita-cerita lisan.

Apa saja yang terkandung dalam cerita rakyat yang tidak dapat kita abaikan?
Mengandung unsur budaya, mengekspresikan spiritual, sosialisasi, hiburan, terintegrasi dengan kehidupan sehari-hari, mengandung nilai-nilai kehidupan.

Mengapa menggunakan cerita rakyat?
Cerita rakyat merupakan medium untuk literasi. Selain itu, ia merupakan cerita yang populer (Umumnya bersumber dari cerita lisan yang diceritakan secara turun-temurun).

Bagaimana kita menggunakan cerita rakyat?
a) Mengadaptasi cerita (adapt)
b) Menceritakan ulang (retell)
c) Membuat cerita baru (recreate)
d) Menata ulang cerita (deconstruct)
e) Memodernisasi (modernize)
*aduhai, sulitnya menerjemahkan satu kata doang dari Inggris ke Indonesia… semoga kalian nggak malah makin bingung, ya.

Dan berikut rumusan sederhana dari Mr.Al untuk mengadaptasi sebuah cerita rakyat :
1. Identify the Highlight
Apa garis besar cerita rakyat yang kamu baca? Bagian mana yang paling menarik perhatianmu? Tokoh, alur cerita, konsep-konsep sederhana, atau motifnya?
2. Find the new concept. Set your objective.  
Buat konsep baru, beri tujuan baru bagi tokohmu.
3. Re-create the story with B-M-E.
Tulis kembali cerita tersebut dengan menggunakan rumus Beginning- Middle-End.

Kalau Mr.Al sih kasih contoh dari legenda Count Dracula

Mr. Al dan Count Dracula
Nah, sekelibat saya menangkap dengan bahasa Inggris yang pas-pasan ini, rupanya Mr Al pernah tergabung dalam proyek Sesame Street. Ada kan tuh tokoh “Count” Dracula? Nah tokoh ini merupakan salah satu adaptasi cerita dari cerita Count Dracula yang sesungguhnya. Kami menonton video youtube-nya. Bagaimana si “count” Dracula di Sesame Street adalah drakula yang senang menghitung, kapan saja dan dimana saja. Hihi. 

"Count" Dracula di Sesame Street
Yuk, balik lagi ke tiga langkah di atas. Berarti :
1. Bagian yang paling menarik adalah tokohnya, si Count Dracula.
2. Konsep baru : mengenalkan konsep angka dan menghitung bagi anak-anak
3. Tulis kembali cerita : Count Dracula bernyanyi tentang angka-angka.

Yaphs, langkahnya memang cuma tiga. Tapi percayalah, ketika praktik, saya sih puyeng nggak ketulungan. Mungkin yang Mbak Dina bilang benar, kebanyakan penulis yang ingin mengadaptasi cerita rakyat Indonesia selalu punya beban dan ketakutan. Hal ini karena setiap cerita rakyat Indonesia membawa unsur budaya atau nilai-nilai dari suatu daerah. Rasanya nggak asyik juga kan kalau kita tiba-tiba diprotes atau diboikot sama suatu masyarakat.

Hmm..hmm…ada baiknya sekarang kita mengenal cerita rakyat negeri kita tercinta ini, yuk. Materi ini dibawakan oleh Mbak Dina Amalia dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud : Cara Mengadaptasi Cerita Rakyat Indonesia

Semangat!
\(^o^)/

Mengadaptasi Cerita Rakyat - Writers Workshop Day 3



Sepanjang materi dari Mbak Dina Amalia, saya duduk konsentrasi mendengarkan. Bukan apa-apa, sesuai pepatah saja "Tak kenal maka tak sayang". Yuk, cari tahu lebih dalam tentang cerita rakyat Indonesia sebelum kita memutuskan untuk menulis ulang, mengadaptasi, atau mengubah alur ceritanya.

Tahukah kamu bahwa Cerita Rakyat Indonesia itu ... 
* Berasal dari wawancara terhadap masyarakat sekitar.
* Disebarkan secara lisan
* Sifatnya anonim
* Punya versi-versi tertentu. Biasanya alur cerita sama, namun bisa disisipi atau ditambahi di sana-sini karena si pencerita menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat saat itu atau tanggapan pendengar.
* Memiliki fungsi tertentu bagi masyarakat, berkaitan dengan budaya masyarakat sekitar.
*Ada logika yang berbeda (misalnya, mengandung unsur magis : tokoh yang bisa menghilang, berubah jadi hewan, dll).
* Tidak mementingkan fakta.
* Memiliki pola-pola tertentu.

Adapun pola-pola yang dimaksud adalah :
1. Mengenalkan tokoh utama (hero).
2. Adanya tokoh-tokoh berlawanan (heroine) untuk saling mengukuhkan peran.
3. Hero memiliki masalah.
4. Hero mencoba menyelesaikan masalah - tidak berhasil –
5. Hero dibantu gaib – hidup bahagia
6. Hero melanggar janji – ia pun dihukum.

Sudah terbayang betapa sulitnya mengadaptasi cerita dengan pola tersebut? Selain mengandung hal gaib, kok rasanya nggak ada yang happy ending, ya. Dihukum gitu loh … (Kalo nggak dimakan raksaksa, kaya Timun Mas. Hiiii!)

Oke, kembali ke materi … berikut adalah cara-cara mengadaptasi cerita rakyat, menurut Mbak Dina :
1. Ambil plot salah satu dongeng.
2. Ambil tokoh dan karakteristiknya, mix dengan tokoh baru.
3. Tempatkan di setting baru, tapi masih berhubungan dengan yang lama.

Dengan begitu, kita pun memiliki plot baru :
1. Tokoh bisa lama atau baru
2. Masalahnya baru
3. Setting tempat dan waktu bisa baru (tapi masih dalam setting dongeng konvensional).
4. Cerita bisa dibuat sisipan dalam konteks masih sesuai dengan dongeng konvensional.

Apakah kalian mulai bingung? Karena sejujurnya saya sih masih agak-agak bingung. Haha.
Kita lihat contoh yang diberikan Mbak Dina, yuk … 

Dalam cerita Malin Kundang, kita tidak perlu menceritakan keseluruhan cerita sampai si Malin dikutuk jadi batu- karena itu mengerikan untuk anak-anak. Namun, di awal cerita dikatakan bahwa Malin Kundang adalah anak yang mandiri dan suka membantu ibunya. Maka, silahkan membuat cerita berdasarkan plot atau highlight tersebut. Misalnya, Malin Kundang ingin mandiri. Maka ia bekerja keras di kapal sampai menjadi kaya raya. Ceritamu nanti bisa jadi ber-setting kapal tempat Malin bekerja.
Kalau kalian sudah menonton Maleficent, film ini juga merupakan plot baru atau adaptasi dari kisah Putri Tidur yang menceritakan sisi lain si peri yang selama ini dianggap jahat.

Nah, hari ketiga workshop kami dibagi ke dalam kelompok yang berbeda, dengan dua editor yang berbeda pula… Kali ini, saya bersama Mbak Risma dari Mizan dan Mbak Wulan dari Bestari. Selain harus merevisi dan menyelesaikan naskah audisi, kami diberi satu cerita rakyat yang harus diadaptasi. Wohoo…jangan tanya rasanya. Ada yang langsung menelan obat sakit kepala, ada juga yang mual-mual, hihihi… Duh, kalau dibayangkan sekarang ingin ketawa deh. Padahal saat itu, saya pun nggak kalah stress. Sampai jam 10 malam, kelompok kami masih berdiskusi. Hujan deras pula. Untungnya Mbak Risma dan Mbak Wulan sama-sama sabar dan lembutnya, bawaannya jadi adem gitu. Lumayan, mengurangi tingkat stress di kepala. Selain itu, mereka sangat teliti membaca naskah ... kalimat per kalimat teks sampai penggambaran ilustrasi. Saya terbantu banyak. Terima kasih, Mbak Risma dan Mbak Wulan :) 

diskusi malam bersama kelompok kedua

Sampai kamar, saya masih bikin kopi demi menyelesaikan naskah satu per satu. Meski saya masih kesulitan, entah kenapa saya tertantang untuk menyelesaikannya.

room service bisa ngamuk liat kopi duduk manis tanpa alas di tempat tidur :p

Selamat menggali dan mengeksplorasi cerita rakyat Indonesia, ya.
Selamat berkarya!
\(^0^)/