Thank you for welcoming me here :)
Weekend kemarin, dari tanggal 25-27 Maret
2016, saya mengikuti kegiatan Kampus Fiksi yang diadakan oleh Penerbit Diva
Press di Yogya.
Sebagai
penulis baru yang neraca budget-nya nggak pasti, saya memang selalu jeli
mencari kelas, workshop, ataupun seminar gratis (kalian pasti sudah
tahu). Meski gratis, bukan berarti dapetnya tanpa perjuangan, loh. Semua yang
gratis itu rata-rata bersyarat cerpen, lalu ada pengumuman pemenangnya. Dengan
kata lain, selalu ada proses seleksinya.
Jadi, apa aja kegiatan di Kampus Fiksi selama tiga hari?
Pertama, tentu saja berbagai materi seputar dunia penulisan : teknik dan tujuan menulis, bagaimana cara mengirim naskah yang baik,editing, sampai marketing buku nanti. Selain berbagai materi tersebut, ada juga acara jalan-jalan ke Malioboro dan sharing alumni.
Berikut catatan singkatnya : 1. Menulis itu Berestetika 2. Self Editing 3. Memahami Meja Redaksi 4. Marketing Buku
Tugas? Hmm ada sih. Bikin cerpen dalam waktu tiga jam, ada tema tertentu yang dilempar. Tahun ini, temanya "Origami." Lalu, peserta dibagi ke dalam beberapa kelompok supaya lebih mudah melakukan bedah cerpen sama mentor.
Singkat
cerita, ikut Kampus Fiksi itu ya kaya lagi kuliah. Bedanya, kita terlibat
sepanjang hari dari mulai bangun pagi, mandi, materi, istirahat, sampai makan
malam, dan tidur. Mirip sama karantina, ya. Menunya beragam, jangan cemas. Saya yang termasuk pemilih aja dipastikan selalu
ikut makan kok (mungkin karena nggak ada sayurnya haha…)
Kalau
kamu baru mau pergi atau memutuskan untuk daftar tapi ragu, jangan ragu.
Dapat dipastikan kamu akan mendapat pengetahuan baru, teman baru, keluarga baru. Tapi, nggak
hanya itu. Ide untuk mengumpulkan para peserta dalam satu rumah
mengajarkan banyak hal; setidaknya untuk saya. Bukan hanya kemampuan untuk saling
menghormati dan menghargai, tapi juga kemampuan untuk mengenali kekuatan dan
ketakutan dalam diri, sekaligus dipaksa melihat kelebihan dan
pencapaian-pencapaian orang lain. Sampai dimana kamu bisa menerima dan
mengatasi semua itu? Sejauh mana kecintaanmu pada dunia menulis? Akankah kamu
memutuskan untuk berhenti atau justru semakin termotivasi untuk berkarya?
“Menulis
berbeda dengan menjadi penulis. Yang pertama bisa sendirian, yang kedua butuh
teman.” – tagline
Kampus Fiksi.
Yuk,
Semangat Menulis!
\(^0^)/
|