Sepanjang
materi dari Mbak Dina Amalia, saya duduk konsentrasi mendengarkan. Bukan
apa-apa, sesuai pepatah saja "Tak kenal maka tak sayang". Yuk, cari tahu lebih dalam tentang cerita
rakyat Indonesia sebelum kita memutuskan untuk menulis ulang, mengadaptasi,
atau mengubah alur ceritanya.
Tahukah
kamu bahwa Cerita Rakyat Indonesia itu ...
*
Berasal dari wawancara terhadap masyarakat sekitar.
*
Disebarkan secara lisan
*
Sifatnya anonim
*
Punya versi-versi tertentu. Biasanya alur cerita sama, namun bisa disisipi atau
ditambahi di sana-sini karena si pencerita menyesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat saat itu atau tanggapan pendengar.
*
Memiliki fungsi tertentu bagi masyarakat, berkaitan dengan budaya masyarakat
sekitar.
*Ada
logika yang berbeda (misalnya, mengandung unsur magis : tokoh yang bisa
menghilang, berubah jadi hewan, dll).
*
Tidak mementingkan fakta.
*
Memiliki pola-pola tertentu.
Adapun
pola-pola yang dimaksud adalah :
1.
Mengenalkan tokoh utama (hero).
2.
Adanya tokoh-tokoh berlawanan (heroine) untuk saling mengukuhkan peran.
3.
Hero memiliki masalah.
4.
Hero mencoba menyelesaikan masalah - tidak berhasil –
5.
Hero dibantu gaib – hidup bahagia
6.
Hero melanggar janji – ia pun dihukum.
Sudah
terbayang betapa sulitnya mengadaptasi cerita dengan pola tersebut? Selain
mengandung hal gaib, kok rasanya nggak ada yang happy ending, ya. Dihukum gitu
loh … (Kalo nggak dimakan raksaksa, kaya Timun Mas. Hiiii!)
Oke,
kembali ke materi … berikut adalah cara-cara mengadaptasi cerita rakyat,
menurut Mbak Dina :
1.
Ambil plot salah satu dongeng.
2.
Ambil tokoh dan karakteristiknya, mix dengan tokoh baru.
3.
Tempatkan di setting baru, tapi masih berhubungan dengan yang lama.
Dengan
begitu, kita pun memiliki plot baru :
1.
Tokoh bisa lama atau baru
2.
Masalahnya baru
3.
Setting tempat dan waktu bisa baru (tapi masih dalam setting dongeng konvensional).
4.
Cerita bisa dibuat sisipan dalam konteks masih sesuai dengan dongeng konvensional.
Apakah
kalian mulai bingung? Karena sejujurnya saya sih masih agak-agak bingung. Haha.
Kita
lihat contoh yang diberikan Mbak Dina, yuk …
Dalam
cerita Malin Kundang, kita tidak perlu menceritakan keseluruhan cerita sampai
si Malin dikutuk jadi batu- karena itu mengerikan untuk anak-anak. Namun, di
awal cerita dikatakan bahwa Malin Kundang adalah anak yang mandiri dan suka
membantu ibunya. Maka, silahkan membuat cerita berdasarkan plot atau highlight
tersebut. Misalnya, Malin Kundang ingin mandiri. Maka ia bekerja keras di
kapal sampai menjadi kaya raya. Ceritamu nanti bisa jadi ber-setting kapal
tempat Malin bekerja.
Kalau
kalian sudah menonton Maleficent, film ini juga merupakan plot baru atau
adaptasi dari kisah Putri Tidur yang menceritakan sisi lain si peri yang selama
ini dianggap jahat.
Nah,
hari ketiga workshop kami dibagi ke dalam kelompok yang berbeda, dengan dua editor yang berbeda pula… Kali ini, saya bersama Mbak Risma dari Mizan dan Mbak Wulan dari Bestari. Selain harus merevisi dan menyelesaikan naskah audisi,
kami diberi satu cerita rakyat yang harus diadaptasi. Wohoo…jangan tanya
rasanya. Ada yang langsung menelan obat sakit kepala, ada juga yang mual-mual,
hihihi… Duh, kalau dibayangkan sekarang ingin ketawa deh. Padahal saat itu,
saya pun nggak kalah stress. Sampai jam 10 malam, kelompok kami masih
berdiskusi. Hujan deras pula. Untungnya Mbak Risma dan Mbak Wulan sama-sama sabar dan lembutnya, bawaannya jadi adem gitu. Lumayan, mengurangi tingkat stress di kepala. Selain itu, mereka sangat teliti membaca naskah ... kalimat per kalimat teks sampai penggambaran ilustrasi. Saya terbantu banyak. Terima kasih, Mbak Risma dan Mbak Wulan :)
diskusi malam bersama kelompok kedua |
Sampai kamar, saya masih bikin kopi demi
menyelesaikan naskah satu per satu. Meski saya masih kesulitan, entah kenapa saya tertantang untuk menyelesaikannya.
room service bisa ngamuk liat kopi duduk manis tanpa alas di tempat tidur :p |
Selamat menggali dan mengeksplorasi cerita rakyat Indonesia, ya.
Selamat berkarya!
\(^0^)/
No comments:
Post a Comment