Yuhu…
ini dia materi yang banyak ditunggu-tunggu : cerita rakyat.
Menurut
para peserta yang mengikuti workshop tahun kemarin, materi ini yang menjadi
daya tarik mereka untuk kembali mengikuti Writers Workshop bersama Room to Read.
“Tahun
kemarin nggak ada folklore,” begitu kata mereka.
Saya
diam mendengarkan, lebih banyak bertanya-tanya ke diri sendiri … Saya kok nggak
tahu ya materinya bakal apa aja, kecuali ya bikin buku untuk pembaca pemula. *kasihan,
nggak update nih orangnya.
Sementara
yang lain antusias menerima materi, saya cenderung pasif. Jujur saja, cerita
rakyat itu kelemahan terbesar saya. Buktinya, setiap kali ada lomba di
komunitas untuk menceritakan ulang cerita rakyat atau membuat cerita rakyat,
saya selalu gagal.
Pertama,
saya kurang tertarik membaca cerita rakyat Indonesia yang panjang-panjang, lalu
ujungnya saya nggak paham maksudnya apa.
Kedua,
saya bingung bagaimana membuat cerita tersebut lebih sederhana, lebih menarik,
terutama untuk dikenalkan pada anak-anak.
Ketiga,
seperti yang orang banyak bilang, cerita rakyat Indonesia seram. Ada
pembunuhan, incest, dan teman-temannya.
Kalian
juga merasa gitu nggak sih?
Tapi,
dibanding hari-hari sebelumnya, materi cerita rakyat ini menjadi materi yang
paling seru : banyak diskusi, banyak debat, banyak pertanyaan berseliweran.
Kalau beberapa justru malah mendapat pencerahan, saya justru makin bingung,
loh. Hehehe.
Tapi,
saya tetep mau share materinya di sini. *pede Jaya
Seperti
yang Mr. Alfredo bilang (dan saya sadari betul dengan segala kerendahan hati,
uhuk!)
“You
need to practice.”
Eh,
ngomong-ngomong, Mr.Al bilangnya ke semua peserta, loh. Nggak ke saya aja,
okeh? :D
Dan
inilah materi singkat dari Mr. Alfredo seputar cerita rakyat :
Apa
saja yang termasuk dalam cerita rakyat (folklore)?
Sebuah
ritual kepercayaan, keagamaan, tarian tradisional, desain-desain tertentu, mitos,
legenda, cerita-cerita lisan.
Apa
saja yang terkandung dalam cerita rakyat yang tidak dapat kita abaikan?
Mengandung
unsur budaya, mengekspresikan spiritual, sosialisasi, hiburan, terintegrasi
dengan kehidupan sehari-hari, mengandung nilai-nilai kehidupan.
Mengapa
menggunakan cerita rakyat?
Cerita
rakyat merupakan medium untuk literasi. Selain itu, ia merupakan cerita yang
populer (Umumnya bersumber dari cerita lisan yang diceritakan secara
turun-temurun).
Bagaimana
kita menggunakan cerita rakyat?
a)
Mengadaptasi cerita (adapt)
b)
Menceritakan ulang (retell)
c)
Membuat cerita baru (recreate)
d)
Menata ulang cerita (deconstruct)
e)
Memodernisasi (modernize)
*aduhai,
sulitnya menerjemahkan satu kata doang dari Inggris ke Indonesia… semoga kalian
nggak malah makin bingung, ya.
Dan
berikut rumusan sederhana dari Mr.Al untuk mengadaptasi sebuah cerita rakyat :
1.
Identify the Highlight
Apa
garis besar cerita rakyat yang kamu baca? Bagian mana yang paling menarik
perhatianmu? Tokoh, alur cerita, konsep-konsep sederhana, atau motifnya?
2.
Find the new concept. Set your objective.
Buat
konsep baru, beri tujuan baru bagi tokohmu.
3.
Re-create the story with B-M-E.
Tulis
kembali cerita tersebut dengan menggunakan rumus Beginning- Middle-End.
Kalau
Mr.Al sih kasih contoh dari legenda Count Dracula.
Mr. Al dan Count Dracula |
Nah, sekelibat saya
menangkap dengan bahasa Inggris yang pas-pasan ini, rupanya Mr Al pernah
tergabung dalam proyek Sesame Street. Ada kan tuh tokoh “Count” Dracula? Nah
tokoh ini merupakan salah satu adaptasi cerita dari cerita Count Dracula yang sesungguhnya. Kami menonton video youtube-nya.
Bagaimana si “count” Dracula di Sesame Street adalah drakula yang senang
menghitung, kapan saja dan dimana saja. Hihi.
"Count" Dracula di Sesame Street |
Yuk,
balik lagi ke tiga langkah di atas. Berarti :
1.
Bagian yang paling menarik adalah tokohnya, si Count Dracula.
2.
Konsep baru : mengenalkan konsep angka dan menghitung bagi anak-anak
3.
Tulis kembali cerita : Count Dracula bernyanyi tentang angka-angka.
Yaphs,
langkahnya memang cuma tiga. Tapi percayalah, ketika praktik, saya sih puyeng
nggak ketulungan. Mungkin yang Mbak Dina bilang benar, kebanyakan penulis yang ingin
mengadaptasi cerita rakyat Indonesia selalu punya beban dan ketakutan. Hal ini
karena setiap cerita rakyat Indonesia membawa unsur budaya atau nilai-nilai
dari suatu daerah. Rasanya nggak asyik juga kan kalau kita tiba-tiba diprotes
atau diboikot sama suatu masyarakat.
Hmm..hmm…ada
baiknya sekarang kita mengenal cerita rakyat negeri kita tercinta ini, yuk.
Materi ini dibawakan oleh Mbak Dina Amalia dari Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa Kemendikbud : Cara Mengadaptasi Cerita Rakyat Indonesia
Semangat!
\(^o^)/
aduh cerita rakyat ini yg paling sulit buatku, hehe
ReplyDeleteSamaaaa, Mbak Lia. Aku mesti banyak banyak latihan, nih @_@
Deleteyuk latihan bareng ^_^
Delete