Monday 19 March 2018

Cerita di Balik Kumpulan Kisah di Kota Lalu Lalang


Seharian ini  bersibuk ria dalam pelatihan mendongeng dan menulis di Kinderfield Tebet. Tegang, puas, sekaligus lelah sangat. Belum sempat buka ponsel sama sekali seharian ini. Karena selain jadi narasumber dan fasilitator, saya juga merangkap jadi bagian dokumentasi. Maka, bersyukur sangat ketika bisa duduk di kereta dalam perjalanan pulang ke Bandung, selonjoran, mendengar musik, lalu membuka Instagram dan mendapati seri Kota Lalu Lalang terbit hari ini.
KYA!
Super kyaaa!!
Senang sekaliii!
Ya, ya...karena sesungguhnya saya nggak tahu jadwal terbitnya kapan. Hanya tahu proses ilustrasi dan cover sudah selesai. 

Oke, ini sedikit cerita tentang seri terbaru- Kota Lalu Lalang.

Darimana Ide Cerita Berasal?
Kali ini, saya mengambil tokoh para hewan hutan : Ludi Landak, Loni Bunglon, Benett Berang-Berang, Kama Kura-Kura, dan Tipsy Tupai. Alasannya sederhana, sebagai fans setia Tony Wolf sejak kecil, saya terinspirasi dengan hewan-hewan dalam cerita hutan buatan Beliau. Lalu rasanya ingin membuat satu buku yang seperti begitu. 

Nah, tema cerita sendiri seputar kedisiplinan berlalu-lintas. Awalnya ide ini datang ketika saya sedang iseng browsing tema-tema untuk anak usia dini. Salah satu artikel mengangkat tentang kedisiplinan berlalu lintas. Saya pun membaca lebih banyak lagi, menemukan fakta, dan membuat kesimpulan. Intinya, sebagian besar korban kecelakaan lalu lintas adalah anak-anak sekolah dan penyebab terjadinya hampir 95% karena kesalahan manusia itu sendiri. Padahal, kedisiplinan dan keamanan lalu lintas dapat ditanamkan sejak dini. Kalau dipikir lagi, iya juga, ya? Dulu waktu mengajar, sering sekali kami pergi outing ke kantor polisi. Ketika saya membaca lebih banyak lagi, ternyata banyak juga program-program disiplin berlalu lintas yang masuk ke sekolah. Oke! Saya akan berkontribusi dengan membuat cerita, begitu pikir saya. 

Untuk cerita Lalu Lalang ini, saya khusus ingin mengucapkan terima kasih kepada Pak Yogi, editor saya di BIP, yang suatu hari mengirimkan pesan, "Apa kabar, Bu Eugenia? Sedang menulis naskah apa? Saya tunggu, ya."
Yang pada saat itu saya lagi nggak menulis apa-apa karena masih dalam sindrom-patah-hati-sehabis-naskah-ditolak f(^o^) Terima kasih telah mengembalikan semangat saya, Pak!

Berapa lama proses menulis naskah seri di Kota Lalu Lalang? 
Saya menghabiskan waktu tiga bulan ketika melakukan riset dan menulis kelima naskah sampai selesai, termasuk membuat aktivitas-aktivitasnya. Tanggal 29 Mei 2017, saya mengirimkan naskah seri "Kumpulan Kisah di Kota Lalu Lalang" yang terdiri dari lima cerita ini via Pak Yogi untuk Penerbit BIP. Karena format buku kali ini pun sama seperti seri Benji dan Kota Dino, saya tidak menunggu terlalu lama (Benji hampir 2 tahun, Dino tiga bulan). Tepatnya sebulan kemudian saya mendapat kabar bahwa naskah di-acc. Lalu, bersama Pak Yogi, kami memutuskan akan meminta bantuan InnerChild untuk ilustrasinya. 

sampel naskah "Sabar, Benett" buatan InnerChild

Bulan Juli sampai Desember 2017, proses ilustrasi dimulai. Pertama, saya menerima sampel ilustrasi tokoh dan halaman pertama. Saya sih langsung suka karena gambarnya anak-anak sekali. Proses ilustrasi pun segera dilanjutkan, dimulai dari review sketsa sampai gambar full colour. Bolak-balik...bolak-balik...sampai kadang saya pening mengurusi lima tokoh yang sungguh berlalu-lalang di kepala. Haha. Kadang suka tercampur baur. Akhirnya, saya membuat catatan revisi ilustrasi setiap tokoh, setiap naskah. Sungguh kerja keras! Terima kasih sangat kepada project leader Mbak Vidya dari Penerbit BIP dan Mbak Maya dari InnerChild untuk kesabaran dan kerja samanya selama proses ilustrasi :)

Bulan Februari 2018 dilanjutkan dengan pembuatan dan acc cover, kata pengantar, sampai blurb. Kali ini, saya ingin berterima kasih kepada Pak  Julio, desainer dari Penerbit BIP. 
Akhirnya, 19 Maret 2018, seri Kota Lalu Lalang terbit!

cover dari Pak Julio

Apa Tantangan Menulis Seri Lalu Lalang?
Pertama, karena misi cerita saya selalu berisi pengetahuan, sesungguhnya saya cukup kesulitan mengemas cerita agar tetap menghibur sekaligus menarik untuk anak-anak. Apalagi ini temanya lalu lintas, yang peraturannya jelas ada. Jadi saya bolak-balik riset dan mencari tahu untuk memastikan apa yang saya tuliskan sudah benar. Tak lupa juga menyederhanakan peraturan agar sesuai dengan tahap penerimaan anak usia dini. Saya banyak terbantu karena menggunakan tahap menulis dari workshop Room to Read Batch II. Hitung-hitung meningkatkan keterampilan menulis. Hehe. Bahkan di lima cerita ini saya memilih lima dari  "Sembilan Cara Bercerita" seperti yang diajarkan di workshop tersebut :)

Kedua, mencari aktivitas lain supaya nggak bosan dan berbeda dari seri Benji dan Kota Dino. Saya pun sering menghabiskan waktu di perpustakaan demi membaca dan mengamati workbook atau seri aktivitas lain. 

Ketiga, ini pertama kalinya saya bekerja dengan ilustrator lain, dalam format tim pula. Ketika seri Benji dan Kota Dino kan sama Mbak Nita Darsono. Jadi, saya belajar menyesuaikan diri. Sepertinya InnerChild pun baru mendapatkan proyek cerita dan aktivitas ini. Kadang, mereka bingung sama aktivitas yang saya maksudkan. Saya sendiri kesulitan untuk menjelaskannya via email. Mau pakai gambar, saya nggak bisa gambar. Saya sempat berkecil hati, penulis macam apa, kok kayanya merepotkan banyak orang. 
f(T T)
Syukurlah, saya bertemu Mas Dwi-Innerchild di BIP Writer's Gathering. Beliau tampak semangat membahas naskah Lalu Lalang yang menurutnya memiliki format menarik. Syukurlah kedua, Mbak Maya dari InnerChild pun selalu sabar dan semangat selama proses ilustrasi...Beliau bersedia bolak balik ganti ilustrasi demi menyesuaikan dengan saya. Terima kasih, Tim InnerChild :) 

Apa lagi, ya?
Kayanya segini dulu ceritanya.
Nanti cerita lengkap, sinopsis, dan contoh halaman dalam akan saya bagikan begitu bukti terbit Lalu Lalang datang.
Semangat!
Loni, salah satu tokoh dari seri Lalu Lalang

No comments:

Post a Comment