Friday 24 February 2017

MiKA : Kenangan yang Dibukukan & Sebuah Harapan.



Begitu bukti terbit Menumbuhkan Kemandirian Anak alias MiKA sampai di tangan, hal pertama yang saya lakukan adalah membaca ulang isinya. Lalu, saya tersenyum-senyum sendiri. Seolah dikembalikan ke hari-hari mengajar dulu- dimana saya banyak berbuat hal konyol demi anak-anak tertarik main sama saya, ingin menangis, tapi ujung-ujungnya sering tertawa bersama mereka. Takjub mendapati betapa banyaknya buku referensi pendidikan anak usia dini yang saya baca saat itu, sekaligus bersyukur masih dapat melakukan playdate bersama keponakan saya yang foto-fotonya melengkapi buku ini. Hehe.  

Kalau ditanya, apa sih tujuan menulis buku ini?
Awalnya, saya ingin menuliskan MiKA untuk diri saya sendiri. Saya ingin membukukan kenangan manis bersama anak-anak. Setiap tawa, tangis, dan pencapaian yang kami lakukan bersama. Saya ingin terus mengingat, karena merekalah saya menjadi pribadi yang lebih baik hari ini. Pribadi yang ingin terus belajar dan berkembang. 
It's amazing how I teach them, yet, I'm the one who learn a lots from them. 

doc pribadi

Lalu, saya mengingat bahwa kemandirian sering menjadi hal yang membingungkan para orang tua ataupun pendamping anak usia dini. Dan saya akui, meski menanamkan kemandirian itu hal yang gampang-gampang susah, ketika kita tahu kuncinya, menumbuhkan kemandirian adalah hal yang mudah daaan ... berbonus waktu yang menyenangkan! 
Maka, saya pun (entah kenapa) tiba-tiba bertekad kuat untuk membagikan pengalaman saya ini- yang saya sadari masih sedikit, tapi saya rasa akan bermanfaat (PD Jaya). Yah, bagaimanapun saya selalu ingat kata-kata Confucius,

“It’s better to light small candle than to curse the darkness.”
Hehe.

Apakah kamu juga ingin menulis nonfiksi? Susah nggak sih? Berapa lama proses menulis, riset, sampai terbitnya? Yuk, saya akan lanjut cerita tentang proses menulis MiKA ini sampai dengan terbitnya.
Tetap semangat, ya!
\(^0^)/

No comments:

Post a Comment